film
ini bercerita tentang bagaimana dunia anak lelaki tanggung (ABG/ kelas 1
SMP) makassar menjalani kesehariannya. dari kesehariannya itulah muncul
berbagai liku-liku konflik yang biasa dialami oleh anak seumurannya.
misalnya, bagaimana budaya yang
ia yakini bahwa sepulang sekolah mereka
wajib nongkrong dulu bersama teman-teman agar kelihatan keren. Atau
bagaimana awalnya mereka mulai dihinggapi perasaan cinta seperti yang
kerap dialami anak ABG padau mumnya.
Nah,
film ini secara garis besar ingin memotret dunia ABG makassar dengan
segala konflik-konflik yang oleh orang dewasa dianggap hal-hal kecil.
Film Statement :
bagaimana
ABG mengkonstruksi dunianya dan sebaliknya bagaimana orang dewasa
memandang dunia ABG yang kadangkala mungkin sedikit tidak objektif.
Film ini mengambil sudut pandangnya seorang anak lelaki (TIMI) dan seorang sahabatnya (Ian)
Setting film mengambil masa masakini dengan sebagian besar lokasi disebuah kompleks perumahan menengah di Makassar.
konstruksi ABG vs Konstruksi Dewasa memandang dunia ABG
Keping-keping konflik (subplot)
konstruksi keren ABG (Budaya anak-anak)
Dalam
keseharian ABG mereka punya pemahaman tersendiri tentang seperti apa ia
harus bersikap, berpikir, dan berperilaku. Nah, kadang-kadang ketika
hal ini dipandang dari kacamata orang dewasa konstruksi menjadi hal yang
tersepelekan.
Persahabatan.
Bagaiamana seorang ABG yaitu tokoh utama (TIMI) mengungkapkan ekspresi dirinya tentang persahabatan dan Cinta.
Bagaiamana “culunnya” (sudut pandang dewasa) reaksi diri anak ABG (TIMI) ketika untuk pertamakalinya mengenal yang cinta.
sejauh mana perjuangannya memperoleh cinta pertamanya.
Interaksi Sosial pemukiman Kompleks
bagaimana
konsep pemukiman kompleks punya andil dalam membentuk watak ABG
setempat. Misalnya permasalahan kompleks pemukiman baru yang kekurangan
remaja dewasa sehingga TIMI dan teman-temannya terpakasa “harus”
mengkonstruksi sendiri seperti apa ia harus berperilaku. (implisit)
keping-keping apa yang menjadi lika-liku konflik dipemukiman dengan konsep Kompleks.
“apasaja yang menjadi persoalan-persoalan sosial keseharian didalam konsep pemukiman perkotaan (Kompleks)
kontekstualisasi antologi Makassar
filmini
berusaha menganggap bahwa Makassar dalam budaya keseharian ABG pada
dasarnya hampir sama dengan dinamika yang mungkin dialami perkotaan
(URBAN) besar lainnya.
Nah, mungkin karakteristik Makassar sendiri akan bisa terlihat dalam detil-detil interaksi tokoh-tokoh didalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar